Beranda | Artikel
Ahlus Sunnah wal Jamaah Tidak Membenarkan Dukun
Jumat, 10 Juli 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Muhammad Nur Ihsan

Ahlus Sunnah wal Jama’ah Tidak Membenarkan Dukun adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Muhammad Nur Ihsan, M.A. dalam pembahasan Syarah Aqidah Thahawiyah karya Imam Ath-Thahawi Rahimahullah. Kajian ini disampaikan pada Jum’at, 19 Dzulqa’dah 1441 H / 10 Juli 2020 M.

Status Program Kajian Kitab Syarah Aqidah Thahawiyah

Status program Kajian Syarah Aqidah Thahawiyah: AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap Jum`at pagi, pukul 06:00 - 07:30 WIB.

Download kajian sebelumnya: Ahlus Sunnah wal Jama’ah Mengimani Tanda-Tanda Kiamat

Kajian Tentang Ahlus Sunnah wal Jama’ah Tidak Membenarkan Dukun

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya yang berkaitan dengan tanda-tanda kiamat dan sebelumnya Imam Ath-Thahawi Rahimahullah  menjelaskan tentang pengertian Waliyullah, yaitu orang-orang yang beriman dan orang-orang yang bertakwa.

Pada kesempatan yang mulia ini kita akan menjelaskan bagaimana aqidah Islam tentang orang-orang yang mengaku mengetahui perkara yang ghaib yang dikenal dengan الكهان (peramal). Di zaman sekarang ini mereka dinamakan “orang pintar” sehingga orang-orang bodoh datang kepada orang pintar menurut mereka, mengadukan permasalahan, mengadukan suatu yang hilang dan suatu yang ingin didapatkan atau ingin menentukan nasib beruntung atau celaka, begitu juga mungkin mau berbisnis, atau mungkin dia ditimpa penyakit lalu mereka datang dulu kepada orang pintar untuk mengetahui siapa yang mengirimkan penyakit tersebut, untuk selamat dan berbagai keadaan maka dia mencari jalan pintas, katanya paranormal akan memberitahu apa permasalahannya.

Yang menjadi pertanyaan, apakah hukum melakukan hal itu? Kemudian orang yang melakukannya bagaimana hukumnya dalam Islam? Inilah perkara yang ingin dijelaskan oleh Al-Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi Rahimahullah.

Sebelum kita melanjutkan pembahasan ini, kita baca terlebih dahulu redaksi Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi.

وَلَا نُصَدِّقُ كَاهِنًا وَلَا عَرَّافًا، وَلَا مَنْ يَدَّعِي شَيْئًا يُخَالِفُ الْكِتَابَ وَالسُّنَّةَ وَإِجْمَاعَ الْأُمَّةِ

“Dan kita (Ahlus Sunnah wal Jama’ah) tidak membenarkan dukun dan juga tukang tenung, dan juga seorang yang mengklaim sesuatu yang menyelisihi Al-Qur’an, sunnah dan ijma’.”

Lihat juga: Ciri-Ciri Ahlussunnah wal Jama’ah

Dalam pernyataan Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi yang telah dibacakan tadi, beliau ingin menjelaskan aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam perkara yang berkaitan dengan dukun dan juga paranormal atau diistilahkan “orang pintar” yang sebenarnya mereka orang bodoh, bukan orang pintar, karena telah menjual agamanya untuk hal yang hina. Maka penamaan yang keliru, itu adalah pembodohan dan pendangkalan aqidah, penipuan. Orang yang menyelisihi syariat, orang yang melakukan sesuatu yang akan menghancurkan amal ibadahnya dan merusak aqidah serta agamanya, apakah itu orang yang pintar? Tentu mereka adalah orang yang jahil dan yang datang pun juga jahil.

Imam Abu Jaf’ar Ath-Thahawi menjelaskan bagaimana hukum mendatangi orang-orang seperti atau orang-orang yang mengklaim bahwa mereka mengetahui sesuatu dan memiliki satu kemampuan yang luar biasa, maka apa yang dia klaim itu menyelisihi Al-Qur’an, sunnah dan ijma’.

Ini merupakan salah satu dari prinsip-prinsip Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang berkaitan dengan orang-orang yang mengklaim bahwa dia mengerti perkara yang ghaib atau mengabarkan sesuatu, atau dia bisa mencari benda yang hilang, atau bisa mengetahui sumber masalah, siapa pelakunya, siapa yang mengirimkan berbagai bentuk penyakit tersebut. Hal ini dijelaskan Imam Ath-Thahawi tatkala muncul di zaman beliau fenomena yang mengisyaratkan kepada hal itu.

Sebagaimana kita jelaskan sebelumnya, di zaman beliau muncul pemikiran yang menjelaskan bahwa -menurut mereka- para wali lebih utama dari Nabi dan mengklaim ada penutup para wali. Dari situ terus berkembang pemikiran-pemikiran tersebut dan diadopsi oleh kaum-kaum sufisme. Sehingga semakin jauh perjalanan tahun demi tahun, abad demi abad, waktu semakin jauh dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, semakin jauh dari syariat, semakin jauh dari zaman sahabat, sampai di zaman Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi tersebut muncul penyimpangan-penyimpangan. Sehingga dimunculkan pernyataan-pernyataan yang menyesatkan tersebut. Dari situ muncul pemikiran-pemikiran yang terus semakin jauh menyimpang dari ajaran Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Muncullah orang-orang yang mengklaim mengetahui perkara yang ghaib.

Tradisi Jahiliyah

Klaim mengetahui hal-hal yang ghaib itu sesungguhnya adalah tradisi jahiliyah yang bertentangan dengan Islam, bertentangan dengan tauhid. Maka sebagaimana yang kita maklumi bersama bahwa misi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk mengajak kepada tauhid dan memberantas berbagai praktik-praktik jahiliyah, diantaranya adalah perkara masalah orang-orang yang menggambarkan sesuatu yang tidak tampak kemudian dia mengklaim dia mengetahuinya yang dikenal dengan paranormal atau dukun, tukang tenung dan sejenisnya.

Dan semua hal itu tidak terlepas dari kerjasama/hubungan/interaksi/komunikasi antara pelakunya dengan setan. Maka sesungguhnya setan yang membisikan dan mengabarkannya. Oleh karena itu satu prinsip diantara prinsip-prinsip aqidah yang harus kita yakini -dan ini termasuk iman kita kepada perkara yang ghaib- bahwa ilmu ghaib itu hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mengetahuinya, sampai pun Rasul tidak mengetahui kecuali bila Allah mengabarkannya kepada Rasul.

Apa yang kita jelaskan sebelumnya Rasul mengabarkan tentang perkara-perkara yang akan terjadi di akhir zaman, tanda-tanda kiamat. Hal ini karena Allah mengabarkan, maka Rasul menyampaikan kepada umatnya. Adapun secara mutlak, bila tidak ada yang demikian itu yang datang dari Allah dan tidak dikabarkan oleh Rasulullah, maka tidak seorang pun yang mengetahuinya. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan Allah:

قُل لَّا يَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّـهُ…

Katakanlah (wahai Muhammad): ‘Tidak seorangpun yang mengetahui perkara yang ghaib di langit dan di bumi kecuali hanya Allah…’” (QS. An-Naml[27]: 65)

Ini jelas sekali ayatnya. Maka barangsiapa yang mengklaim mengetahui perkara yang ghaib, mengetahui masa yang akan datang atau perkara yang telah terjadi yang dia tidak memiliki ilmu, dia merekayasa dan kerjasama dengan setan, maka sesungguhnya dia adalah para pendusta, pembohong, setan yang membisikkan kepadanya kemudian dia menjadi penyambung lidah setan.

Mari download dan simak kajian yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian Tentang Ahlus Sunnah wal Jama’ah Mengimani Tanda-Tanda Kiamat

Untuk mp3 kajian  yang lain: silahkan kunjungi mp3.radiorodja.com


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48706-ahlus-sunnah-wal-jamaah-tidak-membenarkan-dukun/